Saling Menginspirasi

Saling Menginspirasi

Selasa, 16 April 2013

PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya atau juga multikultur Pada masyarakat multikultur, mereka memiliki tipe/pola tingkah-laku yang khas. Sesuatu yang dianggap sangat tidak normal oleh budaya tertentu tetapi dianggap normal atau biasa-biasa saja oleh budaya lain. Perbedaan semacam inilah yang sering menyebabkan kontradiksi atau konflik, ketidak-sepahaman dan disinteraksi dalam masyarakat multikultur.
Kerusuhan berbau SARA yang merebak di banyak tempat di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti di wilayah Ambon, Poso, Sampit dan sebagainya, merupakan bagian dari adanya kesalahpahaman. Dari banyak studi yang dilakukan, salah satu penyebabnya adalah akibat lemahnya pemahaman dan pemaknaan tentang adanya sebuah perbedaan.
Di zaman orde baru, dengan diselimuti kata (persatuan)dan (kesatuan) yang dikawal serdadu berusaha untuk membuang potensi benturan atas dasar suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Namun ketika orde baru runtuh, terlihatlah jurang pemisah antar suku, ras, agama dan golongan yang berakibat terjadinya kerusuhan Mei 1998 yang menewaskan kurang lebih 1000 orang (mayoritas keturunan Tionghoa) di Jakarta yang pada dasar permasalahannya adalah adanya ketidakadilan. Selain masalah terjadinya kerusuhan yang berbau ras, ada juga beberapa wilayah seperti, Aceh, Maluku dan Papua yang berusaha memisahkan diri dari negara Republik Indonesia, yang akar masalahnya adalah adanya pengerukan sumber daya alam yang besar namun tidak membawa perubahan pada masyarakat dan daerah sekitar tapi malah membawa perubahan pada daerah yang sebenarnya punya potensi alam yang sedikit. Hal-hal seperti itu tidak akan terjadi seandainya kita bisa menghargai satu sama lain dan tidak berusaha untuk menang sendiri.
Salah satu upaya untuk bisa menghargai adanya perbedaaan adalah dengan memberikan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat plural. Tidak seperti pendidikan monokultural yang selama ini dijalankan yang mengabaikan keunikan dan pluralitas yang berakibat terpasungnya pribadi kritis dan kreatif.
Pendidikan multikultural didasari pada konsep kebermaknaan perbedaan yang unik pada tiap orang dan masyarakat. Pendidikan multikultural mengandaikan sekolah dan kelas dikelola sebagai suatu simulasi arena kehidupan nyata yang plural , terus berubah dan berkembang. Institusi sekolah dan kelas adalah wahana hidup dengan pemeran utama peserta didik dan guru serta seluruh tenaga kependidikan sebagai fasilitator. Kegiatan belajar-mengajar dikembangkan sebagai wahana dialog dan belajar bersama serta membuang pemikiran bahwa guru merupakan gudang ilmu dan nilai yang setiap saat diberikan kepada peserta didik, melainkan sebagai teman dialog dan partner dalam menciptakan suasana yang harmonis. Selain itu praktik penerapan keagamaan juga akan mempertajam rasa kepekaan dan solidaritas antar pemeluk agama.
Oleh karena itu, di tengah gegap gempita lagu “tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”, kita harus tahu bahwa pendidikan bukan hanya sekedar mengajarkan “ini” dan “itu”, tetapi juga mendidik anak kita menjadi manusia berkebudayaan dan berperadaban. Dengan demikian, tidak saatnya lagi pendidikan mengabaikan realitas kebudayaan yang beragam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda, untuk membangun blog ini